Senin, 25 Juli 2011

cermin

siapa di cermin itu?
bukan aku.
dia cantik, cantik sekali.

dia usap si cermin.
lagi, dipandanginya.
kemudian diusapnya.

ahh, bukan.
bukan aku.
dia, dia terlalu cantik.
cermin ini,
bohong cermin ini.

masih ragu.
masih mau memandangi cermin.

siapa kamu?
kamu bukan aku.
cermin ini bohong.
kamu terlalu cantik,
seolah-olah baik.

bukan,
kamu tidak secantik ini.
bual,
mungkin aku iri.

cermin,
jangan bohong.
katakan padaku.
jangan,
jangan bohong.

cermin,
siapa di cermin ini?

Rabu, 20 Juli 2011

M.A.D.U

madu,
kamu madu.
kamu manis.
tapi aku,
aku mau juga jadi madu,
biar manis.
biar manis sepertimu.

ah.
tapi kamu tidak manis, madu.
kamu pahit.
pahitnya menyesakkan hati.
madu,
kamu bikin saya mati.
kamu pahit, madu.

lagi,
aku mau jadi madu.
aku mau jadi kamu.
aku,
aku?
bukankah aku berkata aku, madu?

ah,
aku sudah mabuk madu.
aku mau mati, madu.
mati madu karenamu.

tapi kamu masih madu,
masih manis madu.
tidak, tidak manis.
kamu pahit.
pahitnya semanis madu.
ah, bukan.
manisnya sepahit madu.

terlanjur.
terlambat.
sudah.
sudah tidak bisa.
aku melebur dalam pahit mu, madu.
ah, pahit sekali.
terlalu pahit.
tapi kamu masih madu.
aku mau jadi madu.
ah, pahit.
biarlah.
yang penting aku madu.

madu.
kamu merubahku.
aku jadi madu.
tapi siapa kamu?
aku madu.
kamu madu.
tidak.
aku yang madu.
ah, madu.
aku mau madu.
madu kamu.

rel kereta

sulit dipercaya, perjalanan hidup ini.
saya?
ya, saya masih berada di tengah rel kereta api. 
bukan siap berlari, bukan pula mau mati.
tapi saya di tengah perjalanan hidup luar biasa.
dulunya saya hanya seorang gadis muda, yang dipingit oleh aturan orang tua.
ya, melelahkan.
disalahkan dan dibandingkan.
jangan berusaha membandingkan saya, saya tidak suka.
toh, saya tidak pernah membandingkan siapapun dengan apapun.
titik.
belum, koma.
saya masih berlanjut.
mulai mengenal hal-hal baru.
belajar, tidak, saya selalu mau menang sendiri.
sampai akhirnya saya jatuh pada lubang besar.
saya takut, resah, risau.
tidak.
saya tidak merasakannya.
hanya ada sesuatu berbeda di perut saya.
saya menikmatinya, menikmati perjalanan aneh ini.
apa?
kenapa begini.
lalu segerombolan orang datang.
mulai mencemooh, mengkotakkan saya pada satu tempat; dosa.
ah, bodoh.
ini bukan dosa.
ini bukti sayang dari sang pencipta.
tapi saya ragu.
kenapa saya, Tuhan?
dan lagi, segerombolan lain mulai menghampiri, mencacimaki.
saya lari.
lari dari Tuhan.
malu.
entah bagaimana awalnya.
saya ada di klinik.
ibu-ibu setengah baya.
suaranya aneh, dengan logat yang aneh.
menanyakan lagi.
saya jawab, iya.
saya masuk.
ibu itu duluan.
bau aneh.
ruangan aneh.
peralatan aneh.
saya gentar.
gemetar.
tiba-tiba si ibuk berkata, tidak.
tidak bisa.
saya berbeda, katanya.
harus pakai cara lain.
saja bilang, jangan.
tidak perlu.
saya berubah pikiran.
tapi saya lega.
rasanya jauh lebih nyaman.
biar,
biar saja dicemooh.
dan saya tidak resah.
saya terhenyak.
masih berdiri di rel kereta ini. 
entah sudah berapa lama.
tapi saya harus berjalan.
pula bersyukur.
karena saya terpilih.
terpilih menikmati setiap jengkalnya.
berbeda, sangat berbeda.
hanya saya yang tahu,
dan Engkau, Tuhan.
kita.
kenapa aku.
ya, karena aku yang bisa.
sekalipun terpilih,
harus tetap memilih.
saya bangga.
bangga karena tahu,
Engkau mencintai saya.
mengijinkan saya menikmatinya.
merasakan apa yang orang normal tidak rasakan.
ini rahasia.
bukan.
bukan sesuatu yang perlu ditutupi.
karena harumnya sangat wangi.
ini cerita.
cerita yang indah.